Rabu, 02 Desember 2009

Menulis itu Kebutuhan


Menulis Bukan Keinginan, tapi Kebutuhan
Oleh: Luqman Abdul Chalik*)

Bagi saya, tema “Saya Ingin Menjadi Penulis Sukses“ yang diajukan Jonru kurang tepat. Kenapa? Saya menggaris bawahi kata “ingin”. “Ingin” terkesan kebutuhan tersier. Setelah butuh, baru ingin. Padahal bagi saya, menulis adalah kebutuhan primer seperti halnya makan minum atau pipis. Orang lapar butuh makan buat tenaga. Sari-sari makanan jadi tenaga ampasnya dibuang lewat buang air, besar maupun kecil. Orang sakit pencernaan atau gangguan kandung kemih karena pintu pelepasannya bermasalah. Nah, bagi saya menulis adalah “makanan” sekaligus “lubang pelepasan” racun tak berguna dari tubuh saya. Menulis itu ibarat kanvas bagi pelukis. Menulis itu ibarat sawah bagi petani. Semua profesi dan pekerjaan adalah ekspresi rasa dan tanggung jawab. Tanggung jawab memberi nafkah anak istri misalnya. Saya menulis sebagai kebutuhan menumpahkan rasa dan tanggung jawab terhadap potensi panca indra yang diberikan Tuhan. Saya harus bersyukur.

Menulis adalah Kebutuhan
Menulis itu bukan keinginan tapi kebutuhan. Kebutuhan untuk mengeskpresikan diri, kebutuhan untuk membuang kekesalan. Menulis itu persembahan yang agung sekaligus membuang sesuatu yang tak berguna. Saya lapar, saya butuh menulis. Saya haus, saya butuh menulis. Dengan menulis lapar dan haus saya terobati.

Saya kadang sedih kadang gembira. Saya tidak ingin gembira dan sedih dipendam sendiri. Harus ada pelepasan. Pelepasan yang positif adalah menulis. Itu bentuk curhat saya yang paling saya nikmati. Menulis juga adalah “tong sampah” yang berguna sekali. Bayangkan di dunia ini tanpa tong sampah. Bayangkan taman tanpa tong sampah, restoran tanpa tong sampah. Segera dunia menjadi kotor dan berpenyakit. Tong sampah itu harus ada. Tidak usah terlihat menonjol, tapi ketika orang mencari sudah tersedia. Saya belum mendengar ada kolektor tong sampah. tapi saya sering melihat orang mencari tong sampah. Tong sampah tak usah banyak, tapi harus ada karena dibutuhkan. Unek-unak saya tumpahkan lewat tulisan. Yang menampungnya adalah diari, blog saya, dan beberapa media cetak. Lega rasanya kalau sudah menulis opini lalu dikirimkan. Dimuat atau tidak itu urusan lain. Yang penting hati saya menjadi plong.
Kalau menulis sebuah kebutuhan, lantas mengapa tidak semua orang butuh menulis? Yang bertanya seperti itu sama saja dengan bertanya mengapa tidak semua orang butuh roti? Bukankah roti adalah makanan pokok? Makanan pokok jasmani adalah roti atau nasi. Namun, makanan pokok bukan hanya roti. Nasi, sagu, jagung juga makanan pokok bagi fisik. Makanan pokok rohani apa? Sama seperti makanan jasad, tergantung kebiasaan, pengalaman, dan lingkungan. Bernyanyi, baca puisi, mendengarkan santapan rohani, shalat, meditasi, itulah santapan rohani. Menulis santapan pokok bagi jiwa saya.Bagi saya, menulis ibarat nasi. Sayur dan lauk pauknya boleh gonta ganti, nasinya tetap. Suasana hati boleh gonta ganti, tapi penawarnya sama, MENULIS.

Kapan Menjadi Penulis

Kapan seseorang disebut sebagai penulis? Menulis dimulai sejak dia mulai berniat. Dalam keyakinan agama Islam, seseorang yang berniat beramal baik sudah dinilai satu point. Bila diwujudkan mendapat dua point. Tidak perlu wisuda, pentasbihan, atau upacara khusus untuk disebut sebagai seorang penulis. Sejak Anda meniatkan diri untuk menjadi penulis, Anda sudah menjadi penulis, anda mendapat satu point. Masalahnya adalah seberapa jauh anda berkomitmen dan konsisten dengan niat anda. Inginkah Anda mendapat dua point?. Wujudkan niat itu, mulailah menulis. Menulis apa saja, tak usah takut salah.
Seberapa besar Anda mewujudkan niat Anda? Saya penulis karena saya sudah meniatkan diri menjadi penulis. Meskipun Anda sudah lama bisa membaca dan menulis, kalau Anda tidak meniatkan diri untuk konsisten, Anda belum jadi penulis. Berniat dan konsisten, itulah kuncinya. Menjadi penulis tidak perlu harus dimuat di media cetak. Cukup buku harian, blog gratisan. Kalau ada yang gratis mengapa mesti bayar.

Anda ingin mendapatkan dua point, tapi sebenarnya Anda mendapatkan tidak dua point tapi ribuan bahkan bisa jutaan point. Ilustrasinya begini. Misalkan tulisan saya via blog dibaca seribu orang. Kalaut tulisan saya bagus, menginspirasi seribu orang, saya mendapatkan 1000 x 2 sama dengan saya mendapat dua ribu point. Saya tidak mendapat honor dari tulisan saya. Bagi saya, honor adalah bonus dari usaha dan niat kita. Yang namanya bonus bisa ada bisa tidak, tapi gaji pokok sudah teraih, 2000 point tadi. Misalkan, tulisan saya dimuat, saya diberi honor seratus ribu. Pendapatan saya bukan seratus ribu, tapi seratus ribu dikali 2000. Saya mendapat point 20 juta. Point itu akan saya tukarkan nanti di akhirat. Dunia kudapat (bonus karena dibayar), di akhirat dibayar berlipat ganda (pahala menginspirasi orang lain).

Perjalanan seribu mil harus dimulai dari satu langkah. Saya memulai menulis seperti bayi yang mau merangkak. Sekarang saya merasa menjadi remaja. Seorang ABG yang penuh antusias, siap menuju perjalanan jauh, kemanapun. Kalau tujuan saya adalah penulis hebat sekelas peraih Nobel sastra, maka saya siap menulis sebanyak kata yang saya mau dan sejuta tema yang saya suka. Saya mau menjadi penulis seumur hidup.

Bekal Internal & Eksternal
Sumber bekal saya yang utama saya hanya dua, internal dan eksternal. Bekal internal adalah tekad yang kuat karena menulis bagi saya adalah kebutuhan pokok. Menulis bagi saya sudah menjadi kebutuhan primer bukan kebutuhan sekunder apalagi tersier. Bekal eksternal yang siap mendukung saya adalah bekal material maupun non-material. Bekal meterial adalah fasilitas yang sudah saya miliki berupa seperangkat alat tulis dan cetak. Sebuah laptop, sebuah printer, dan koneksi internet. Itu saja sudah lebih dari cukup. Bekal non-material lebih penting. Bentuknya bisa ikut seminar penulisan, bergiat di komunitas, isi blog gratisan, dan media cetak yang jumlahnya ratusan yang akan memuat tulisan saya.
Saya ingin menjadi penulis yang konsisten. Masalah konsistensi gaya bahasa dan tema itu hal selanjutnya. Penulis konsisten tidak ditentukan oleh seberapa banyak karya kita yang sudah dipublikasikan, tapi oleh seberapa tangguh kita dalam berjuang untuk mewujudkan impian sebagai penulis sukses. Alhamdulillah, sekarang ada buku CARA DAHSYAT MENJADI PENULIS HEBAT yang bisa memandu saya untuk menjadi penulis konsisten sekaligus penulis sukses. Ini adalah sumber modal eksternal yang berharga. Buku ini bukan tex book kaku. Dengan gaya Jonru yang santai, sederhana dan mudah dicerna, cocok untuk penulis pemula seperti saya. Saya harus baca buku ini!

Saat ini buku "Cara Dahsyat Menjadi Penulis Hebat" yang tersedia adalah berformat ebook. Versi cetak belum tersedia. Jadi buku ini belum bisa didapatkan di toko buku terdekat. Untuk versi ebook, terdapat sejumlah PENAWARAN FANTASTIS yang tidak berlaku untuk versi cetak. Misalnya, harga ebooknya hanya Rp 49.500, tapi setiap pembeli mendapat voucher diskon Rp 200.000 dari SMO. Ini relatif murah. Apalagi, ini adalah DISKON SMO TERBESAR yang pernah diberikan. Selama ini belum pernah ada, dan tidak tersedia di tempat lain.
Sekarang zaman paperless. Zaman orang mengurangi penebangan hutan sebagai bahan mentah kertas. Peduli lingkungan. Stop penebangan hutan, kurangi pengguanaan kertas. Caranya, gunakan koneksi internet, lebih cepat, lebih modern, lebih berwawasan lingkungan. Untuk melihat website buku Cara Dahsyat Menjadi Penulis Hebat, coba klik http://www.penulishebat.com. Selain itu, teman-teman juga bisa gabung di Fan Page-nya di http://www.facebook.com/penulishebat. Oh ya, ada Twitternya juga lho. Klik di sini. Oh. Ya tulisan saya ini dapat dilihat juga di http://www.lukevery.multiply.com atau http://lukevery.wordpress.com/.
Selamat menjadi penulis konsisten sekaligus sukses!

*) Luqman Abdul Chalik,
Buruh sebuah pabrik tas di Bandung

Minggu, 29 November 2009

MENJAJAH & MENJAJAL

Bagaimana rasanya dijajah bangsa sendiri? Tidak bisa tidak, kebencian tidak bisa diungkapkan langsung. Wong temen sendiri, sewarna kulit, sebahasa, bahkan se”agama”. Tapi Visi, misi dan tujuan hidup berbeda. Karena tidak satu visi, misi, dan tujuan itulah kami merasa terjajah. Mereka dan antek-anteknya sedang berkuasa. Mendingan dijajah bangsa Londo, beda kulit, beda bahasa, beda agama. Jadi melawanpun ada setidaknya ada alasan mencolok mata, tidak seperti sekarang- berseteru dengan teman sendiri.
Temen saya bilang, kalau dijajah bangsa sendiri malah enak. Soalnya itu berarati memberi kesempatan kepada bangsa sendiri untuk hidup lebih kaya, lebih senang, lebih berkuasa. Daripada kekuasaan dan kekayaan itu dikasih ke bangsa yang beda warna kulit. Jadi lebih baik dijajah bangsa sendiri dibandingkan dijajah bangsa lain ya toch.! Itulah paham nasionalisme, menyamakan orang dari warna kulit, bukan dari ideologi.
Ngomong-ngomong soal jajah menjajah tidak ada hubungannya dengan jajal menjajal. Meskipun tinggal ganti hutuf dari h (jajah) menjadi l (jajal) maknanya berbeda jauh. Menjajal itu mencoba kekuatan orang lain, siapa tahu dia lebih lemah ketimbang diri sendiri. Kalau ternyata yang dijajal itu lebih sekti (sudah terlihat cara mengangkis jurus pertama) maka lebih baik kita mengalah sajalah.
Pada awalnya yang datang bangsa Portugis, menjajal dulu di Banten. Eh,.. ternyata orang Banten lebih sakti,.. Para portugis itu terbirit-birit, larilah ke Maluku. Orang Maluku dijajal lagi, berhasil ditipu daya akhirnya dari menjajal jadi menjajah.

Selasa, 24 Februari 2009

MEMANAGE PIKIRAN AGAR BAHAGIA

Kebahagian, apakah itu?
Setiap orang memiliki pendapat dan definisi yang berbeda tentang kebahagiaan. Untuk lebih memudahkan saya mencoba untuk membagi ke dalam 3 macam tipe manusia yang mendefinisikan arti bahagia.Edisi MANDIRI kali ini menyajikan artikel-artikel yang ditulis oleh mahasiswa program Magister Manajemen Unggulan Universitas Bina Nusantara sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah People Skills. Keterampilan ini (people skills) merupakan dua dari tiga kompetensi utama yang perlu dimiliki oleh seorang manajer, yaitu: intra-personal skills (self management) dan inter-personal skills (relationship, communication and networking), selain dari kemampuan analytical skills (hardskills dalam bidang manajemen seperti: marketing, finance, organization, information technology, dll).Oleh: Dwi Sanjaya Tipe I adalah orang yang mengatakan bahwa dirinya akan merasa bahagia jika apa yang telah lama diinginkannya dapat tercapai. Biasanya orang tipe I ini mengapresiasikan kebahagiaan dengan banyaknya benda – benda material yang dapat dimiliki (materialism). Misalnya orang tipe I ini akan merasa bahagia jika ia dapat memiliki sebuah rumah mewah dan megah dan tinggal di dalamnya, atau ia akan merasa bahagia jika dapat memiliki banyak mobil mewah. Dengan kata lain manusia tipe I ini akan merasa bahagia jika ia memiliki banyak uang sehingga bisa membeli apa pun yang ia inginkan.Sedangkan manusia dengan tipe II adalah mereka yang merasa bahagia jika mereka dapat meraih kesuksesan. Kesuksesan yang diperolehnya ini bisa berupa kesuksesan dalam studi maupun karier. Manusia bertipe II ini tidak terlalu menilai kesuksesan ini dengan banyaknya materi yang diperoleh, tetapi lebih memfokuskan diri untuk meraih keberhasilan (achievements) dalam segala bidang yang ditekuninya. Di samping itu ada juga manusia yang merasa bahagia jika ia dapat bersama dengan seseorang yang ia cintai, atau dengan kata lain telah menemukan cinta sejatinya dan membentuk keluarga yang bahagia (loving and fulfilling relationship). Manusia dengan ciri seperti ini saya masukkan ke dalam tipe III.Selain ketiga tipe manusia yang baru saja saya sebutkan di atas, masih ada lagi tipe manusia lain yang mendefinisikan arti bahagia. Namun sebagian besar, manusia mengatakan bahwa ia akan merasa bahagia jika telah mendapatkan hal-hal tersebut di atas.Mengapa Kebahagiaan Sulit Didapatkan ?Di dunia ini, kita banyak menjumpai orang yang merasa tidak bahagia. Setelah ditelusuri, orang – orang tersebut memiliki alasan yang berbeda-beda mengapa mereka merasa tidak bahagia. Ada yang mengatakan bahwa mereka tidak bahagia karena mereka selalu hidup dalam kekurangan, ada pula yang merasa tidak bahagia karena belum menemukan pasangan hidup yang tepat, ada pula yang tidak dapat menemukan kebahagiaan dalam keluarganya karena tidak adanya keharmonisan dalam keluarga tersebut. Atau dengan kata lain mereka tidak berhasil mendapatkan apa yang mereka dambakan atau impikan.Selain itu, kita juga banyak menemukan orang yang tidak pernah puas dengan apa yang telah diperoleh atau dimilikinya, sehingga apabila orang tersebut telah berhasil meraih sesuatu, ia tidak pernah sempat untuk menikmati kebahagiaan dengan apa yang telah diperolehnya itu dan kemudian membuat target baru untuk dicapainya, dan begitu seterusnya. Dan orang ini akan selalu merasa cemas apabila tujuan berikutnya tidak tercapai. Hal lain mengapa manusia tidak dapat merasakan kebahagiaan adalah karena manusia cenderung untuk merenungi nasib buruk yang telah menimpanya dan tidak mau berbuat sesuatu untuk memperbaikinya. Mereka terlalu terpaku pada hal yang telah berlalu dan tidak dapat melupakan masa lalunya yang pahit. Padahal jika ia mau mencoba untuk keluar dari masa lalunya yang kelam, ia kemungkinan besar masih dapat menemukan kebahagiaan.Satu hal lagi yang tidak kalah pentingnya adalah kecenderungan manusia untuk berbuat mengikuti kata hati dan hawa nafsunya yang sering menjerumuskan manusia ke dalam dosa dan menyebabkan manusia itu terjerumus dalam lembah kesedihan.Dosa manusia saya kelompokkan menjadi 7 macam yang merupakan dosa bawaan yang pada dasarnya terdapat dalam diri setiap pribadi. Dosa-dosa tersebut yaitu hawa nafsu, serakah, egois, iri hati,mudah tergoda, suka menyimpan dendam, dan emosional.Semua perbuatan dosa tersebut seringkali membuat manusia tidak dapat merasakan kebahagiaan dalam dirinya.Bahagia vs Tidak BahagiaBerikut saya akan coba untuk memaparkan beberapa kisah orang yang berbahagia terlebih dahulu. Kisah pertama adalah kisah tentang seorang pria yang sejak muda selalu berusaha menemukan kebahagiaan dari dalam dirinya dengan cara melalui meditasi. Untuk itu ia mencari tempat-tempat yang sepi dan kemudian mendalami kemampuan meditasinya. Sejalan dengan berlalunya waktu, kemampuan meditasinya meningkat sampai suatu saat ia berhasil menemukan kebahagiaan sempurna ketika sedang bermeditasi di bawah pohon Budhis dan mendapatkan pencerahan. Orang tersebut dikenal dengan nama Budha Gautama yang kemudian menjadi pelopor lahirnya agama Budha. Kisah yang lain adalah kisah seorang pria yang setiap harinya sibuk dengan pekerjaannya. Siang malam ia bekerja dengan keras, seringkali ia merelakan waktu istirahatnya, merelakan waktu rekreasi bersama dengan istri dan anak-anaknya dan kurang perhatian terhadap kehidupan sosial di lingkungan sekitarnya. Sehingga yang ia fokuskan adalah hanya pada pekerjaannya. Pada suatu ketika, pria tersebut mendapatkan kecelakaan pada saat ia sedang mengendarai mobilnya ke tempat kerjanya. Kecelakaan tersebut melukai kedua belah matanya dan membuat pria tersebut buta seumur hidupnya. Setelah menjadi buta, ia tidak dapat bekerja dengan keras lagi seperti sebelumnya. Ia lalu banyak menggantungkan hidupnya pada pertolongan orang lain, terutama pertolongan istri dan anak-anaknya. Istrinya merasa kasihan kepadanya dan merawatnya dengan penuh kasih sayang. Begitu pula dengan anak-anaknya juga memberikan perhatian yang mendalam kepada ayahnya. Sang pria baru merasakan betapa besar kasih istri dan anak-anak kepadanya setelah ia buta dan tidak dapat mengerjakan apa-apa. Ia baru menyadari akan kurangnya perhatian dan kasih sayang yang ia berikan kepada istri dan anak-anaknya selama ini. Dengan keadaannya tersebut, ia baru dapat merasakan hidupnya lebih berarti dan menemukan kebagiaan dalam hidupnya. Hikmah yang dapat diambil dari cerita singkat tersebut adalah bahwa kita seringkali tidak dapat merasakan arti hidup ini, sampai kita kehilangan sesuatu yang berharga dari dalam diri kita. Kisah berikut yang tidak kalah menariknya adalah kisah seorang nelayan yang pekerjaannya mencari ikan. Dalam melakukan pekerjaannya, ia selalu mengerjakannya dengan santai dan tidak menggunakan cara-cara canggih untuk menangkap ikan. Ia selalu menangkap ikan dengan menggunakan pancingan yang ia miliki sambil menikmati apa yang dikerjakannya. Pada suatu saat ada seorang dari kota yang dalam hidup sehari-harinya bekerja keras mencari nafkah pergi berlibur dengan memancing. Pada saat ia sedang memancing, ia bertemu dengan sang nelayan. Sang nelayan sedang memancing sambil berbaring santai tanpa beban, sedangkan si pemancing memancing dengan agresif. Kemudian orang kota tersebut bertanya kepada sang nelayan mengapa ia bisa begitu santainya memancing padahal profesinya adalah sebagai nelayan, sedangkan dirinya yang saat itu sedang berlibur saja memancing dengan penuh agresivitas. Kemudian sang nelayan tersebut bertanya balik kepada orang kota itu mengapa bekerja begitu keras di kota. Si orang kota tersebut kemudian menjawab: ”Untuk mencari uang sebanyak-banyaknya, sehingga dapat menikmati hidup”. Lalu sang nelayan menjawab, ”Jadi Anda bekerja dengan keras dengan tujuan utama menikmati hidup? Untuk apa bekerja dengan keras kalau saat ini saja saya sudah dapat menikmati hidup. Saya selalu menikmati perkerjaan saya dan hidup saya.”Hikmah yang dapat ditarik dari kisah yang ketiga ini adalah bahwa banyak orang yang berpikir terlalu jauh untuk dapat menikmati hidup. Hal yang sangat sederhana untuk dapat menikmati hidup adalah dengan menikmati setiap pekerjaan yang kita lakukan. Setelah membaca kisah-kisah orang yang bahagia, sekarang saya akan coba untuk menceritakan beberapa kisah orang yang hidupnya tidak bahagia.Kisah pertama adalah tentang seseorang yang hidupnya selalu diisi dengan kerja keras, mencari uang dan uang. Itulah tujuan hidupnya, uang yang telah diperolehnya digunakan untuk berinvestasi lagi, dan lagi. Jarang Ia mau mengeluarkan uang tersebut untuk keperluan dirinya, apalagi orang lain. Sehingga orang tersebut hanya bekerja untuk melipatgandakan uang yang dimilikinya. Ia jarang sekali menikmati hari-hari yang dilaluinya bersama anak istrinya. Ia juga tidak bisa menikmati apa yang telah diperolehnya karena ia selalu merasa tidak pernah puas. Orang yang demikian adalah orang yang menyedihkan, karena walaupun sebenarnya ia kaya raya, namun sebenarnya jiwanya miskin sekali. Berikut adalah kisah seorang anak yang selalu cemas akan masa depan dan menunda diri untuk dapat menikmati hidup. Pada saat ia lulus Sekolah Dasar, ia berkata pada dirinya sendiri bahwa ia baru akan dapat menikmati hidup kalau ia telah lulus SMP. Dan pada saat ia lulus SMP, ia berkata bahwa ia baru akan dapat menikmati hidup kalau sudah lulus SMU. Dan begitu ia lulus SMU, ia berkata pada dirinya lagi bahwa ia baru akan dapat menikmati hidup jika telah menjadi sarjana. Setelah ia sarjana, ia masih belum dapat menikmati hidup dan merasa bahwa ia baru akan dapat menikmati hidup jika ia sudah sukses dalam pekerjaan dan menikah. Tidak lama kemudian ia menemukan cinta sejatinya dan menikah. Setelah menikah dan punya anak, ia berkata lagi pada dirinya, bahwa ia baru akan dapat menikmati hidup apabila telah berhasil membesarkan anak-anaknya. Sebelum ia berhasil membesarkan anak-anaknya, ia telah meninggal dunia karena mengalami kecelakaan pesawat terbang. Akhirnya anak tersebut telah meninggal tanpa dapat menikmati hidup yang telah lama ia jalani. Kebahagiaan yang SejatiBanyak orang yang sukar untuk mendapatkan kebahagiaan karena mereka berusaha untuk mencari kebahagiaan external, yaitu kebahagiaan yang dirasakan apabila mereka berhasil mendapatkan atau meraih sesuatu yang di luar dirinya. Sesuatu tersebut bisa berupa harta benda duniawi, ketenaran, nama baik, harga diri, kekuasaan, dsb. Apabila seseorang mendefinisikan kebahagiaan seperti ini, maka kebahagiaan yang didapat adalah kebahagiaan semu dan bersifat sementara. Biasanya kebahagiaan tersebut berlangsung dalam tempo yang singkat. Banyak orang yang tidak menyadari bahwa kebahagiaan dapat digali dari dalam diri tiap-tiap pribadi atau disebut juga dengan kebahagiaan internal. Apabila seseorang telah berhasil menemukan kebahagiaan internalnya, maka orang tersebut akan selalu merasakan bahagia dalam hidupnya, apa pun yang terjadi dalam hidupnya. Kebahagiaan internal ini tercapai apabila kita dapat selalu merasakan ketenangan, kedamaian, dan suka cita dalam segala situasi. Orang yang telah menemukan kebahagiaan internal biasanya dapat selalu menerima kenyataan yang terjadi dalam hidupnya dengan besar hati. Cara Menemukan Kebahagiaan SejatiLangkah pertama yang dapat kita lakukan dalam usaha menemukan kebahagiaan internal adalah dengan menyadari setiap pekerjaan yang kita lakukan. Pada saat kita sedang mengerjakan tugas-tugas penting, sadarilah apa yang sedang kita kerjakan saat itu, fokuskan pikiran pada apa yang kita kerjakan. Pada saat kita makan sadarilah bahwa saat itu kita sedang makan, pada saat kita sedang bernapas sadarilah udara yang keluar dan masuk dari hidung kita. Bawalah diri kita termasuk pikiran kita untuk menyadari apa yang terjadi saat ini (present time), jangan membiarkan diri kita selalu hanyut ke dalam kesenangan maupun kesedihan masa lalu, karena semuanya itu telah berlalu dari hidup kita. Satu detik yang baru saja berlalu telah menjadi kenangan dan menjadi masa lalu (past time). Jangan pula kita selalu membiarkan diri kita terhanyut ke dalam angan-angan yang jauh di luar realitas kita (future time). Hal ini bukan berarti kita tidak boleh bermimpi atau berangan-angan untuk masa depan kita. Jika kita mempunyai suatu rencana untuk masa depan, bayangkan dalam beberapa saat, kemudian tulislah tujuan kita tersebut dan tulis juga langkah-langkah yang harus kita tempuh sebagai usaha kita meraih tujuan yang selalu kita angan-angankan. Kemudian lakukan tindakan/action sesuai dengan apa yang telah kita tulis tersebut, sehingga kita tidak selalu terhanyut ke dalam angan-angan kita dan tidak dapat menemukan angan-angan tersebut di dalam realitas hidup kita sekarang. Setelah kita menjalankan langkah demi langkah yang telah ditulis, dan sebagian dari langkah yang telah kita tuliskan tersebut sudah tercapai, barulah kita bayangkan kembali cita-cita kita ke arah yang lebih tinggi. Dengan membayangkan cita-cita yang kita tuju sambil membuat blue print dan kemudian kita jalankan, maka cita-cita yang kita tuju akan lebih mudah untuk dicapai dan kita tidak akan merasa kecewa setelah kita selesai berangan-angan dan kembali ke realitas hidup, karena sebagian dari angan-angan kita sudah mulai tercapai. Namun apabila kita tidak membuat perencanaan dalam mencapai tujuan hidup kita seperti yang selalu kita angan-angankan, maka kita akan selalu terbawa hanyut ke dalam angan-angan kita, karena apa yang kita rasakan dalam realitas hidup tidak seindah apa yang kita bayangkan dalam kacamata imajinasi kita.Satu hal yang tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan agar kita dapat menggali kebahagiaan yang tersimpan dalam diri kita adalah dengan selalu mengucap syukur atas segala kejadian yang menimpa diri kita. Jangan selalu membanding-bandingkan kehidupan kita dengan kehidupan orang lain yang menurut kita lebih baik dari kehidupan yang kita jalani saat ini. Kita tidak akan pernah tahu apakah orang yang kita anggap lebih “baik” itu benar-benar merasakan kebahagiaan dalam hidupnya. Bisa saja ia sedang berada dalam kecemasan karena memiliki utang yang sangat besar dan sedang bersiap-siap untuk melarikan diri, atau bisa saja orang tersebut tidak dapat merasakan kebahagiaan meskipun orang tersebut kaya raya, karena hubungan antaranggota keluarganya sudah tidak harmonis lagi. Jika kita baru saja mengalami hal yang paling buruk dalam hidup kita, dan merasa kita adalah orang yang paling tidak beruntung dalam hidup ini, dan kita tidak tahu apa yang harus kita syukuri, syukurilah udara yang masih dapat kita hirup dan embuskan, syukurilah bahwa kita masih memiliki hidup ini, yang artinya kita masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki hidup kita. Orang yang paling gagal dalam hidupnya adalah orang yang sudah tidak memiliki kesempatan lagi untuk memperbaiki keadaan dirinya, alias orang tersebut sudah meninggal. Jadi selama kita masih hidup selalu syukuri apa yang terjadi di dalam diri kita. Hal yang sangat sederhana, bukan? Namun seringkali orang lupa akan hal ini. Bahagia adalah suatu perasaan, sesuatu yang sifatnya emosional. Perasaan bahagia ini timbul dari dalam diri kita karena kita secara fisik dengan menggunakan kelima indra kita telah mengalami suatu kejadian yang menurut diri kita sendiri menyenangkan hati dan pikiran kita. Kelima indra kita tersebut berpusat pada otak kita, otak kitalah yang mengirimkan rasa sakit yang diterima dari tangan kita yang terluka, otak kita jugalah yang mengirimkan bau wangi-wangian kepada kita. Sehingga perasaan bahagia tersebut dapat kita timbulkan apabila kita mampu mengendalikan pikiran kita. Dengan mengendalikan pikiran, maka seluruh indra yang kita miliki juga dapat kita kendalikan. Apabila seluruh pikiran dan indra kita bisa kita kendalikan, maka hasrat dan keinginan kita juga dapat kita kendalikan, sehingga rasa bahagia dapat kita kendalikan.Di samping itu kita juga harus menyadari bahwa hidup ini adalah suatu sirkulasi. Ada saat kita merasa sedih karena kehilangan seseorang yang paling kita cintai, namun dengan berlalunya waktu, perasaan sedih tersebut akan hilang, dan ada pula saatnya kita merasa senang karena menemukan seseorang yang mencintai diri kita. Dengan demikian perlu kita sadari bahwa semua hal sedih akan berlalu, dan begitu pula semua hal yang menyenangkan juga akan berlalu. Sehingga jika pada saat ini kita merasa senang, sadarilah bahwa kesenangan itu baru saja berlalu, dan jika pada saat ini kita merasa sedih karena suatu kejadian menimpa kita, sadari juga bahwa kejadian tersebut telah berlalu. Selama ini kita selalu menginginkan masalah-masalah yang membuat kita stress dan sedih untuk berlalu dari hadapan kita, namun kita jarang menyadari bahwa segala hal dan kejadian yang membuat kita senang juga sudah dan akan berlalu. Jadi senang dan sedih pasti akan berlalu. Kalau kita pernah mendengar ada sebuah judul lagu yang berbunyi Badai pasti berlalu, seharusnya ditambahkan menjadi “Badai pasti berlalu, Angin sejuk pun pasti berlalu”. Sikap yang Harus DibentukSabar adalah sikap pertama yang perlu kita bina, apabila kita ingin mencoba menggali kebahagiaan yang tersimpan dalam diri kita. Kita harus sabar apabila ada tujuan dalam hidup kita yang belum tercapai, kita juga harus sabar apabila masalah menerjang kita, kita harus sabar dalam usaha kita untuk mengendalikan pikiran kita, dsb. Semua yang kita kerjakan dan usahakan membutuhkan waktu untuk diproses, dan untuk itu dibutuhkan kesabaran.Besar hati merupakan sikap kedua yang harus turut dibentuk dalam diri kita. Kita harus bisa dengan besar hati menerima semua kejadian buruk yang menimpa kita, kita juga harus berbesar hati dalam menerima kenyataan pahit yang menjadikan keadaan kita jauh berbeda dari yang kita impikan. Dengan memiliki sikap yang satu ini dalam pribadi kita masing-masing, maka kita telah memiliki 50% power (kekuatan) untuk menggali kebahagiaan.Sikap berikut yang tidak kalah pentingnya adalah tabah. Kita harus selalu tabah dalam melewati masa-masa sulit yang kita alami. Sebenarnya masa sulit itu datangnya tiba-tiba dan tanpa kita rasakan telah terjadi. Perhatikan kata telah yang saya miringkan! Kata tersebut menunjukkan bahwa kejadian tersebut sebenarnya telah berlalu, dan membuat kita merasa sedih dan susah sebenarnya adalah diri kita sendiri yang tidak mau menerima kenyataan dengan besar hati dan tabah. Jadi perasaan kita inilah yang menciptakan rasa sedih. Sikap yang menurut saya juga berperan dalam membentuk potensi kita untuk menemukan kebahagiaan adalah tidak mudah putus asa. Apabila kita mengalami suatu kegagalan yang membuat kita sedih, maka kita harus yakini bahwa kegagalan itu telah berlalu, dan perasaan gagal tersebut jangan kita pendam terus. Kita harus berusaha lebih baik lagi untuk mencapai tujuan kita dan menghapuskan perasaan sedih yang meliputi hati kita.Ringkasan dari artikel ini adalah: carilah, galilah dan temukanlah kebahagiaan dalam diri Anda sendiri. Jangan selalu mencari kebahagiaan eksternal, karena kebahagiaan eksternal tersebut sifatnya sementara. Semoga dengan membaca artikel singkat ini, Anda dapat menemukan kebahagiaan sejati dalam diri Anda ! Terima Kasih.(*)

Rabu, 18 Februari 2009

KEUTAMAAN SABAR KETIKA SAKIT

KEUTAMAAN SABAR MENGHADAPI COBAANOlehMajdi As-Sayyid Ibrahim"Artinya : Dari Ummu Al-Ala', dia berkata :"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjenguk-ku tatkala aku sedang sakit, lalu beliau berkata. 'Gembirakanlah wahai Ummu Al-Ala'. Sesungguhnya sakitnya orang Muslim itu membuat Allah menghilangkan kesalahan-kesalahan, sebagaimana api yang menghilangkan kotoran emas dan perak". [1]Wahai Ukhti Mukminah !Sudah barang tentu engkau akan menghadapi cobaan di dalam kehidupan dunia ini. Boleh jadi cobaan itu menimpa langsung pada dirimu atau suamimu atau anakmu ataupun anggota keluarga yang lain. Tetapi justru disitulah akan tampak kadar imanmu. Allah menurunkan cobaan kepadamu, agar Dia bisa menguji imanmu, apakah engkau akan sabar ataukah engkau akan marah-marah, dan adakah engkau ridha terhadap takdir Allah ?Wasiat yang ada dihadapanmu ini disampaikan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tatkala menasihati Ummu Al-Ala' Radhiyallahu anha, seraya menjelaskan kepadanya bahwa orang mukmin itu diuji Rabb-nya agar Dia bisa menghapus kesalahan dan dosa-dosanya.Selagi engkau memperhatikan kandungan Kitab Allah, tentu engkau akan mendapatkan bahwa yang bisa mengambil manfaat dari ayat-ayat dan mengambil nasihat darinya adalah orang-orang yang sabar, sebagaimana firman Allah."Artinya : Dan, di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah kapal-kapal (yang berlayar) di laut seperti gunung-gunung. Jikalau Dia menghendaki, Dia akan menenangkan angin, maka jadilah kapal-kapal itu terhenti di permukaan laut. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan) -Nya bagi setiap orang yang bersabar dan banyak bersyukur". [Asy-Syura : 32-33]Engkau juga akan mendapatkan bahwa Allah memuji orang-orang yang sabar dan menyanjung mereka. Firman-Nya."Artinya : Dan, orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa". [Al-Baqarah : 177]Engkau juga akan tahu bahwa orang yang sabar adalah orang-orang yang dicintai Allah, sebagaimana firman-Nya."Artinya : Dan, Allah mencintai orang-orang yang sabar". [Ali Imran : 146]Engkau juga akan mendapatkan bahwa Allah memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan balasan yang lebih baik daripada amalnya dan melipat gandakannya tanpa terhitung. Firman-Nya."Artinya : Dan, sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan". [An-Nahl : 96]"Artinya : Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas". [Az-Zumar : 10]Bahkan engkau akan mengetahui bahwa keberuntungan pada hari kiamat dan keselamatan dari neraka akan mejadi milik orang-orang yang sabar. Firman Allah."Artinya : Sedang para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu, (sambil mengucapkan) :'Salamun 'alaikum bima shabartum'. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu" [Ar-Ra'd : 23-24]Benar. Semua ini merupakan balasan bagi orang-orang yang sabar dalam menghadapi cobaan. Lalu kenapa tidak ? Sedangkan orang mukmin selalu dalam keadaan yang baik ?.Dari Shuhaib Radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda."Artinya : Sungguh menakjubkan urusan orang mukmin. Sesungguhnya semua urusannya adalah baik. Apabila mendapat kelapangan, maka dia bersyukur dan itu kebaikan baginya. Dan, bila ditimpa kesempitan, maka dia bersabar, dan itu kebaikan baginya". [2] Engkau harus tahu bahwa Allah mengujimu menurut bobot iman yang engkau miliki. Apabila bobot imanmu berat, Allah akan memberikan cobaan yang lebih keras. Apabila ada kelemahan dalam agamamu, maka cobaan yang diberikan kepadamu juga lebih ringan. Perhatikalah riwayat ini."Artinya : Dari Sa'id bin Abi Waqqash Radhiyallahu anhu, dia berkata. 'Aku pernah bertanya : Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling keras cobaannya ?. Beliau menjawab. Para nabi, kemudian orang pilihan dan orang pilihan lagi. Maka seseorang akan diuji menurut agamanya. Apabila agamanya merupakan (agama) yang kuat, maka cobaannya juga berat. Dan, apabila di dalam agamanya ada kelemahan, maka dia akan diuji menurut agamanya. Tidaklah cobaan menyusahkan seorang hamba sehingga ia meninggalkannya berjalan di atas bumi dan tidak ada satu kesalahan pun pada dirinya".[3]"Artinya : Dari Abu Sa'id Al-Khudry Radhiyallahu anhu, dia berkata. 'Aku memasuki tempat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan beliau sedang demam. Lalu kuletakkan tanganku di badan beliau. Maka aku merasakan panas ditanganku di atas selimut. Lalu aku berkata.'Wahai Rasulullah, alangkah kerasnya sakit ini pada dirimi'. Beliau berkata :'Begitulah kami (para nabi). Cobaan dilipatkan kepada kami dan pahala juga ditingkatkan bagi kami'. Aku bertanya.'Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berat cobaannya ?. Beliau menjawab. 'Para nabi. Aku bertanya. 'Wahai Rasulullah, kemudian siapa lagi?. Beliau menjawab.'Kemudian orang-orang shalih. Apabila salah seorang di antara mereka diuji dengan kemiskinan, sampai-sampai salah seorang diantara mereka tidak mendapatkan kecuali (tambalan) mantel yang dia himpun. Dan, apabila salah seorang diantara mereka sungguh merasa senang karena cobaan, sebagaimana salah seorang diantara kamu yang senang karena kemewahan". [4]Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata. "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata :"Artinya : Cobaan tetap akan menimpa atas diri orang mukmin dan mukminah, anak dan juga hartanya, sehingga dia bersua Allah dan pada dirinya tidak ada lagi satu kesalahanpun". [5]Selagi engkau bertanya :"Mengapa orang mukmin tidak menjadi terbebas karena keutamaannya di sisi Rabb.?".Dapat kami jawab :"Sebab Rabb kita hendak membersihkan orang Mukmin dari segala maksiat dan dosa-dosanya. Kebaikan-kebaikannya tidak akan tercipta kecuali dengan cara ini. Maka Dia mengujinya sehingga dapat membersihkannya. Inilah yang diterangkan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam terhadap Ummul 'Ala dan Abdullah bin Mas'ud. Abdullah bin Mas'ud pernah berkata."Aku memasuki tempat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan beliau sedang demam, lalu aku berkata.'Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau sungguh menderita demam yang sangat keras'.Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata."Benar. Sesungguhnya aku demam layaknya dua orang diantara kamu yang sedang demam".Abdullah bin Mas'ud berkata."Dengan begitu berarti ada dua pahala bagi engkau ?"Beliau menjawab. "Benar". Kemudian beliau berkata."Tidaklah seorang muslim menderita sakit karena suatu penyakit dan juga lainnya, melainkan Allah menggugurkan kesalahan-kesalahannya dengan penyakit itu, sebagaimana pohon yang menggugurkan daun-daunnya". [6] Dari Abi Sa'id Al-Khudry dan Abu Hurairah Radhiyallahu anhuma, keduanya pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata."Artinya : Tidaklah seorang Mukmin ditimpa sakit, letih, demam, sedih hingga kekhawatiran yang mengusiknya, melainkan Allah mengampuni kesalahan-kesalahannya". [7] Sabar menghadapi sakit, menguasai diri karena kekhawatiran dan emosi, menahan lidahnya agar tidak mengeluh, merupakan bekal bagi orang mukmin dalam perjalanan hidupnya di dunia. Maka dari itu sabar termasuk dari sebagian iman, sama seperti kedudukan kepala bagi badan. Tidak ada iman bagi orang yang tidak sabar, sebagaimana badan yang tidak ada artinya tanpa kepala. Maka Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu anhu berkata. "Kehidupan yang paling baik ialah apabila kita mengetahuinya dengan berbekal kesabaran". Maka andaikata engkau mengetahui tentang pahala dan berbagai cobaan yang telah dijanjikan Allah bagimu, tentu engkau bisa bersabar dalam menghadapi sakit. Perhatikanlah riwayat berikut ini."Artinya : Dari Atha' bin Abu Rabbah, dia berkata. "Ibnu Abbas pernah berkata kepadaku. 'Maukah kutunjukkan kepadamu seorang wanita penghuni sorga .?. Aku menjawab. 'Ya'. Dia (Ibnu Abbas) berkata. "Wanita berkulit hitam itu pernah mendatangi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, seraya berkata.'Sesungguhnya aku sakit ayan dan (auratku) terbuka. Maka berdoalah bagi diriku. Beliau berkata.'Apabila engkau menghendaki, maka engkau bisa bersabar dan bagimu adalah sorga. Dan, apabila engkau menghendaki bisa berdo'a sendiri kepada Allah hingga Dia memberimu afiat'. Lalu wanita itu berkata. 'Aku akan bersabar. Wanita itu berkata lagi. 'Sesungguhnya (auratku) terbuka. Maka berdo'alah kepada Allah bagi diriku agar (auratku) tidak terbuka'. Maka beliau pun berdoa bagi wanita tersebut". [8]Perhatikanlah, ternyata wanita itu memilih untuk bersabar menghadapi penyakitnya dan dia pun masuk sorga. Begitulah yang mestinya engka ketahui, bahwa sabar menghadapi cobaan dunia akan mewariskan sorga. Diantara jenis kesabaran menghadapi cobaan ialah kesabaran wanita muslimah karena diuji kebutaan oleh Rabb-nya. Disini pahalanya jauh lebih besar.Dari Anas bin Malik, dia berkata."Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata."Artinya : Sesungguhnya Allah berfirman.'Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan kebutaan) pada kedua matanya lalu dia bersabar, maka Aku akan mengganti kedua matanya itu dengan sorga" [9]Maka engkau harus mampu menahan diri tatkala sakit dan menyembunyikan cobaan yang menimpamu. Al-Fudhail bin Iyadh pernah mendengar seseorang mengadukan cobaan yang menimpanya. Maka dia berkata kepadanya."Bagaimana mungkin engkau mengadukan yang merahmatimu kepada orang yang tidak memberikan rahmat kepadamu .?"Sebagian orang Salaf yang shalih berkata :"Barangsiapa yang mengadukan musibah yang menimpanya, seakan-akan dia mengadukan Rabb-nya".Yang dimaksud mengadukan di sini bukan membeberkan penyakit kepada dokter yang mengobatinya. Tetapi pengaduan itu merupakan gambaran penyesalan dan penderitaan karena mendapat cobaan dari Allah, yang dilontarkan kepada orang yang tidak mampu mengobati, seperti kepada teman atau tetangga.Orang-orang Salaf yang shalih dari umat kita pernah berkata. "Empat hal termasuk simpanan sorga, yaitu menyembunyikan musibah, menyembunyikan merahasiakan) shadaqah, menyembunyikan kelebihan dan menyembunyikan sakit".Ukhti Muslimah !Selanjutnya perhatikan perkataan Ibnu Abdi Rabbah Al-Andalusy : "Asy-Syaibany pernah berkata.'Temanku pernah memberitahukan kepadaku seraya berkata.'Syuraih mendengar tatkala aku mengeluhkan kesedihanku kepada seorang teman. Maka dia memegang tanganku seraya berkata.'Wahai anak saudaraku, janganlah engkau mengeluh kepada selain Allah. Karena orang yang engkau keluhi itu tidak lepas dari kedudukannya sebagai teman atau lawan. Kalau dia seorang teman, berarti engkau berduka dan tidak bisa memberimu manfaat. Kalau dia seorang lawan, maka dia akan bergembira karena deritamu. Lihatlah salah satu mataku ini,'sambil menunjuk ke arah matanya', demi Allah, dengan mata ini aku tidak pernah bisa melihat seorangpun, tidak pula teman sejak lima tahun yang lalu. Namun aku tidak pernah memberitahukannya kepada seseorang hingga detik ini. Tidakkah engkau mendengar perkataan seorang hamba yang shalih (Yusuf) :"Sesungguhnya hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku". Maka jadikanlah Allah sebagai tempatmu mengadu tatkala ada musibah yang menimpamu. Sesungguhnya Dia adalah penanggung jawab yang paling mulia dan yang paling dekat untuk dimintai do'a". [Al-Aqdud-Farid, 2/282]Abud-Darda' Radhiyallahu anhu berkata. "Apabila Allah telah menetapkan suatu taqdir,maka yang paling dicintai-Nya adalah meridhai taqdir-Nya". [Az-Zuhd, Ibnul Mubarak, hal. 125]Perbaharuilah imanmu dengan lafazh La ilaha illallah dan carilah pahala di sisi Allah karena cobaan yang menimpamu. Janganlah sekali-kali engkau katakan :"Andaikan saja hal ini tidak terjadi", tatkala menghadapi taqdir Allah. Sesungguhnya tidak ada taufik kecuali dari sisi Allah.[Disalin dari kitab Al-Khamsuna Wasyiyyah Min Washaya Ar-Rasul Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Lin Nisa, Edisi Indonesia Lima Puluh Wasiat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Bagi Wanita, Pengarang Majdi As-Sayyid Ibrahim, Penerjemah Kathur Suhardi, Terbitan Pustaka Al-Kautsar]_________Foote Note[1]. Isnadnya Shahih, ditakhrij Abu Daud, hadits nomor 3092[2]. Ditakhrij Muslim, 8/125 dalam Az-Zuhud[3]. Isnadnya shahih,ditakhrij At-Tirmidzy, hadits nomor 1509, Ibnu Majah, hadits nomor 4023, Ad-Darimy 2/320, Ahmad 1/172[4]. Ditakhrij Ibnu Majah, hadits nomor 4024, Al-Hakim 4/307, di shahihkan Adz-Dzahaby[5] Isnadnya Hasan, ditakhrij At-Tirmidzy, hadits nomor 2510. Dia menyatakan, ini hadits hasan shahih, Ahmad 2/287, Al-Hakim 1/346, dishahihkan Adz-Dzahaby[6]. Ditakhrij Al-Bukhari, 7/149. Muslim 16/127[7]. Ditakhrij Al-Bukhari 7/148-149, Muslim 16/130[8]. Ditakhrij Al-Bukhari 7/150. Muslim 16/131][9]. Ditakhrij Al-Bukhari 7/151 dalamAth-Thibb. Menurut Al-Hafidz di dalam Al-Fath, yang dimaksud habibatain adalah dua hal yang dicintai. Sebab itu kedua mata merupakan anggota badan manusia yang paling dicintai. Sebab dengan tidak adanya kedua mata, penglihatannya menjadi hilang, sehingga dia tidak dapat melihat kebaikan sehingga membuatnya senang. dan tidak dapat melihat keburukan sehingga dia bisa menghindarinya